Spiga

Antoine Laurent Lavoisier dan Teori Plogiston

Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) merupakan kimiawan Perancis yang telah melakukan berbagai eksperimen yang sangat mendasar bagi ilmu kimia. Temuan yang paling penting adalah teori tentang pembakaran yang menggeser teori tentang plogiston.

Di awal abad XVIII, ilmuwan percaya bahwa zat yang dapat terbakar mengandung apa yang disebut plogiston. Ketika suatu zat terbakar, plogistonnya dilepas ke udara. Proses terbakar akan berhenti jika plogistonnya telah dilepas habis atau udara tidak dapat lagi menyerap plogiston dari zat itu. Sesuai dengan teori ini, maka zat yang terbakar akan berkurang massanya. Akan tetapi, ilmuwan mengamati bahwa beberapa zat justru bertambah massanya ketika terbakar. Pada masa itu, ilmuwan belum begitu paham benar pengertian massa. Malahan, sebagian dari mereka menganggap bahwa plogiston dapat bermassa negatif. Meskipun teori plogiston tampak tidak masuk akal pada masa sekarang, namun selama lebih dari satu abad, ilmuwan meyakininya. Hal itu dapat dipahami mengingat pengetahuan kimia pada masa itu memang masih sangat sederhana, begitu juga cara pengembangannya.

Pada tahun 1774, Joseph Priestly, ilmuwan Inggris, menemukan oksigen. Priestly menemukan bahwa oksigen terbentuk pada pemanasan oksida merkuri. Dia menamakan gas itu sebagai dephlogisticated air karena dia menemukan bahwa suatu zat akan terbakar lebih baik dalam gas tersebut daripada dalam udara. Dia menamai demikian karena beranggapan bahwa gas tersebut lebih mampu menyerap plogiston daripada udara. Hal itu juga berarti bahwa gas tersebut mengandung lebih sedikit plogiston daripada udara. Di akhir tahun, Priestly menceritakan tentang gas tersebut kepada Lavoisier dan menyatakan bahwa gas tersebut merupakan bagian dari udara (pada masa itu ilmuwan menganggap udara sebagai satu komponen tunggal). Informasi itu membantu Lavoisier mengembangkan teori pembakaran.

Pada tahun 1777, Lavoisier menyatakan ide baru tentang udara. Udara terdiri dari 2 jenis gas, salah satunya bereaksi dan bergabung dengan zat yang terbakar. Hal itu menjelaskan mengapa zat yang terbakar massanya bertambah dan mengapa sebagian dari udara terpakai. Dia menunjukkan bahwa gas yang digunakan untuk pembakaran adalah gas yang oleh Priestly dinamai dephlogisticated air. Lavoisier kemudian memberi nama oksigen untuk gas itu. Tahun 1790, ilmuwan menerima ide Lavoisier tersebut dan menolak teori plogiston, meskipun Priestly tidak.

Beberapa penemuan lain dari Lavoisier
Para filsuf Yunani menyatakan bahwa segala sesuatu terbentuk dari empat unsur, yaitu udara, tanah, api, dan air. Pendapat itu tidak berubah selama kira-kira 2.000 tahun hingga Robert Boyle mempertanyakannya dengan mengatakan bahwa keempat zat itu tidak mungkin merupakan unsur karena tidak dapat saling bergabung membentuk satu zat lain. Boyle mengatakan bahwa unsur adalah zat yang sudah tidak dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana.
Pada tahun 1789, Lavoisier mengajukan sebuah daftar dari 33 unsur berdasarkan percobaan yang teliti. Daftar unsur ini memang tidak sepenuhnya benar karena memasukkan cahaya (lumiere) dan panas (calorique), serta zat yang kita kenal sebagai senyawa, yaitu alumina atau aluminium oksida( alumine) dan silika atau pasir (silice), sebagai unsur. Pada masa itu belum ada metode eksperimen untuk menguraikan alumina dan silika.
Temuan lain dari Lavoisier adalah tentang Hukum Kekekalan Massa.

Kematian Lavoisier
Lavoisier bekerja dan berkongsi dengan perusahaan Generale, perusahaan yang ditugaskan pemerintah untuk mengumpulkan pajak. Sebagaimana pemungut pajak pada umumnya, Lavoisier bukan orang terkenal. Ia didakwa bersalah dan dihukum mati (guillotine) semasa revolus Perancis. Lavoisier merupakan kimiawan besar. Namun, hal ini baru dikatakan setelah kematiannya. Hanya diperlukan sesaat untuk memisahkan kepalanya, tetapi mungkin tidak cukup satu abad untuk mendapatkan seorang kimiawan lain seperti dia

0 comments: